Thursday, August 21, 2008

TULODO


Maulana Syekh Muhammad Hisham Kabbani al-Haqqani ar-Rabbani q.s.


Syekh Muhammad Hisham Kabbani q.s. adalah seorang ulama dan syekh sufi yang berasal dari Lebanon. Beliau lulusan American University di Beirut dalam bidang kimia. Dari sana beliau melanjutkan studi kedokteran di University of Louvain, Belgia. Beliau juga meraih gelar di bidang Hukum Islam dari Universitas al-Azhar, Damaskus. Sejak usia 15 tahun, beliau telah menemani Syekh `Abdullah ad-Daghestani q.s. dan Syekh Muhammad Nazim al-Haqqani q.s., syekh agung Tarekat Naqsybandi yang mulia di masa ini. Beliau banyak melakukan perjalanan ke segala penjuru di Timur Tengah, Eropa, dan Timur Jauh untuk menemani syekhnya.

Pada tahun 1991 beliau diperintahkan syekhnya untuk pindah ke Amerika dan mendirikan yayasan bagi Tarekat Naqsybandi di sana. Sejak saat itu, beliau telah membuka 13 pusat sufi di Kanada dan Amerika Serikat. Beliau telah mengajar di sejumlah universitas, seperti: the University of Chicago, Columbia University, Howard, Berkeley, McGill, Concordia, dan Dawson College, demikian pula dengan sejumlah pusat keagamaan dan spiritual di seluruh Amerika Utara, Eropa, Timur Jauh dan Timur Tengah.

Misi dari Syekh Hisham Kabbani q.s. di benua Amerika adalah untuk menyebarkan ajaran sufi dalam konteks persaudaraan umat manusia dan kesatuan dalam kepercayaan kepada Tuhan yang terdapat dalam semua agama dan jalur spiritual. Usahanya diarahkan untuk membawa spektrum keagamaan dan jalur-jalur spiritual yang beragam ke dalam keharmonisan dan kerukunan, dalam rangka pengenalan akan kewajiban ummat manusia sebagai kalifah Tuhan di bumi ini.

Sebagai seorang syekh sufi, Syekh Hisham q.s. telah diberi wewenang untuk membimbing para pengikutnya menuju Cinta Ilahi dan menuju tingkatan spiritual yang telah digariskan Sang Pencipta. Latihan spiritual yang berat yang telah ditempuhnya selama 40 tahun di bawah pengawasan syekh besar dan syekhnya, telah menganugerahinya kecakapan yang tinggi mencakup kebijaksanaan, cahaya ilahiah, intelektual yang diperlukan seorang guru sufi sejati.

Misi Syekh Hisham q.s. yang jauh melampaui target di Amerika adalah kontribusinya yang unik terhadap usaha umat manusia dalam mencapai takdir tertingginya, yaitu kedekatan dengan Tuhannya. Usaha beliau untuk membawa kesatuan hati dalam gerakannya menuju Inti Ilahi merupakan warisan terbesarnya kepada dunia Barat.

Syekh Hisham q.s. adalah keturunan Rasulullah saw. baik dari jalur Ayah dan Ibunya (al-Hasani al-Husayni). Dari istrinya, Hj. Nazihe Adil yang merupakan putri Syekh Nazim al-Haqqani q.s., beliau dikaruniai 3 putra dan 1 putri, serta beberapa cucu yang semuanya menetap di Fenton, Michigan.

Beberapa posisi yang beliau duduki di Amerika saat ini antara lain: Ketua Islamic Supreme Council of America (ISCA), penasihat dalam Unity One, yaitu sebuah organisasi yang ditujukan untuk perdamaian antar-gang di Amerika, penasihat dalam Human Rights Council, penasihat dalam American Islamic Association of Mental Health Providers dan penasihat dalam Office of Religious Persecution, US Department of State.

Beberapa tulisannya yang telah dipublikasikan secara internasional antara lain: Classical Islam and the Naqshbandi Sufi Tradition, Naqshbandi Sufi Way: the Story of Golden Chain, Angels Unveiled-Sufi Perspective (edisi Indonesia: Dialog dengan para Malaikat, diterbitkan Hikmah), Pearls and Coral, Encyclopedia of Islamic Doctrine (7 volume), The Permissibility of Mawlid, “Salafi” Movement Unveiled, dan The Approach of Armageddon? (edisi Indonesia: Kiamat Mendekat, diterbitkan Serambi).

Sejak tahun 1997, beliau telah beberapa kali berkunjung ke Indonesia dan sekarang telah memiliki ribuan murid yang tersebar di pelosok Jakarta, Sukabumi, Bandung, Pekalongan, Semarang, Tuban, Surabaya, Batam, Aceh, Padang, Bukittinggi, Bali dan lain-lain, yang semuanya terwadah dalam suatu keluarga besar Jemaah Tarekat Naqsybandi al-Haqqaniyah yang dalam keorganisasiannya dikelola Yayasan Haqqani Indonesia.

Hak cipta © 2006–2008 Yayasan Haqqani Indonesia.
Email webmaster.
READ MORE - TULODO

Friday, August 15, 2008

Jalan Baru Fajar Kemakmuran Bangsa?




Ada sebuah pertanyaan yang sangat penting yang akan sulit untuk kita jawab terkait dengan kondisi bangsa kita hari ini. Pertanyaan tersebut adalah mengapa setelah kemerdekaan politik 17 Agustus 1945 dan setelah terbukanya kebebasan politik Mei 1998, Indonesia tidak pernah bangkit dan tidak pernah mampu meningkatkan kesejahteraan rakyat ?
Pada pertengahan tahun 1960-an, GNP perkapita Indonesia, Malaysia dan Taiwan, nyaris sama, yaitu kurang dari US$ 100 per kapita. China bahkan jauh lebih rendah sekitar US$ 50 per kapita. Tetapi pada tahun 2005, GNP per kapita Indonesia hanya sekitar US$ 1.260. sementara Malaysia 4 kali kita, Korea selatan 13 kali kita, Thailand 2 kali kita, Taiwan 12 kali kita dan bahkan China telah menjadi 14 kali kita. Selama 40 tahun terakhir, Indonesia paling tertinggal dibandingkan dengan negara-negara Asia lainya. Saat ini negara-negara Asia Timur tersebut sudah semakin meninggalkan kita. Kita terpaksa bersaing dengan negara-negara seperti Vietnam, Filipina dan Pakistan. Sungguh negri ini telah sedemikian terpuruk dan bingung mencari jawaban bagaimana harus bangkit dari keterpurukan tersebut.
Penyebab utama mengapa Indonesia tidak pernah bangkit, walaupun telah memiliki kemerdekaan dan kebebasan politik, adalah karakter feodal dari para pemimpin. Para pemimpin kebanyakan berasal dari kalangan Priyayi, tradisional maupun moderen yang merasa tidak memiliki kuwajiban untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Dalam sistem feodal atau neofeodalisme, kekuasaan berasal dari hubungan biologis dan romantisme historis serta legimasi pencitraan semu, di mana rakyat hanya diperlukan pada saat Pemilu dan sekedar penggembira. Dalam budaya feodal atau neo-feodalisme ini pemimpin tidak memiliki kewajiban sakral, tidak memiliki noblesse oblige dan tidak memiliki semangat bushido untuk berjuang dan berkorban demi meningkatkan kesejahteraan rakyat dan kemajuan bangsanya. Di negara-negara yang maju di Asia Timur, para pemimpinya memiliki kewajiban sakral dan semangat bushido untuk meningkatkan kesejahteraan rakyatnya, baik karena alasan ideologis (China), semangat nasionalisme dan kemandirian (Jepang dan Malaysia) dan alasan survival (Singapura, Korea dan Taiwan).
Alasan kedua, mengapa Indonesia tidak mampu meningkatkan kesejahteraan mayoritas rakyatnya adalah karena adanya the creeping back of neocolonialism atau kembalinya neokolonialisme. Para pejuang kemerdekaan kita sejak tahun 1908 dan para pendiri Republik Indonesia berjuang dan berkorban melawan berbagai bentuk imperealisme dan kolonialisme. Bung Karno dalam pidatonya di Pengadilan Negri Bandung tahun 1930 “ Indonesia Menggugat” dan Bung Hatta dalam bukunya “Indonisia Vrij” secara sangat jelas dan rinci menjelaskan bahaya dan kerusakan yang diakibatkan oleh sistem imperealisme dan kolonialisme.
Pada saat konferensi meja bundar 1949, Soekarno-Hatta menyetujui pembayaran utang Hindia Belanda oleh Indonesia, asalkan Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia, tetapi persetujuan itu hanya taktik, dalam kenyataanya Pemerintahan Soekarno-Hatta tidak pernah melaksanakan pembayaran utang tersebut karena bertolak belakang dengan prinsip keadilan.
Namun yang disayangkan setelah Soekarno jatuh, Pemerintah Orde Baru melalui Mafia Berkeley melakukan negosiasi ulang tentang utang-utang Indonesia pada tahun 1969. mereka sepakat untuk mencicil utang warisan Pemerintah Hindia Belanda. Artinya mereka sepakat untuk membayar biaya penjajahan pemerintah Hindia Belanda, membayar biaya penindasan kepada rakyat Indonesia.
Sejak saat itulah, tidak peduli siapapun Presidennya, siapa partai yang berkuasa, Mafia Ekonom Orde Baru dengan sengaja mendesain kebijakan Indonesia sekedar hanya menjadi subordinasi dan alat dari kepentingan internasional. Itulah yang kami sebut sebagai neokolonialisme.
Penyebab ketiga mengapa Indonesia tidak mampu meningkatkan kesejahteraan rakyatnya adalah Kepemimpinan yang lemah dan tidak efektif. Kepemimpinan yang lemah dan tidak efektif tersebut adalah cerminan dari visi dan karakter yang lemah, sehingga mudah goyang hanya karena adanya perubahan kepentingan taktis, perubahan opini, dan respon pencitraan situasional.
Pertanyaan berikutnya ialah, masihkah ada harapan untuk meningkatkan kesejahteraan mayoritas rakyat kita dan membawa Indonesia menjadi salah satu negara besar di Asia. Dibutuhkan “Jalan Baru” untuk kembali membawa Indonesia bangkit dari keterpurukan. Berangkat dari amanat realitas diatas maka terlahirlah Komite Bangkit Indonesia yang akan memperjuangkan “Jalan Baru”, jalan anti neokolonialisme, jalan yang lebih mandiri yang akan membawa kesejahteraan dan kemakmuran mayoritas rakyat Indonesia.
Dengan sebuah tekad bulat mari kita hapuskansegala bentuk neokolonialisme dari bumi Indonesia! Tinggalkan “jalan lama”, yang gagal membawa kemakmuran dan kesejahteraan! Kita rebut kembali kedaulatan politik dan ekonomi ! Hanya dengan jalan baru, kemakmuran dan kesejahteraan akan kita capai!, Hanya dengan “jalan baru”, Indonesia akan segera bangkit !
READ MORE - Jalan Baru Fajar Kemakmuran Bangsa?

Vox Populi




READ MORE - Vox Populi

Tuesday, August 5, 2008

Roadmap Gerakan Mahsiswa




Tidak menarik lagi rasanya jika hari ini kita tetap saja larut dalam romantisme gerakan mahasiswa 98, karena telah semakin kelihatan bahwa apa yang terjadi pada 98 bukan design genuine gerakan mahasiswa itu sendiri, invisiblehand-invisiblehand yang lebih kuat mengkondisikan reformasi 98 hari ini semakin terlihat jelas.
Gerakan mahasiswa saat ini harus cepat menemukan kedirianya yang semakin susah dibangun karena terpaan badai pragmatisme yang datang seiring proses transisi demokrasi negri ini yang nampak berjalan terseok-seok di ujung lidah neoliberalisme. kalau tidak dilakukan bukan tidak mungkin gerakan mahasiswa hanya akan menjadi buruh outsourcing di pabrik-pabrik petualang politik komprador neoliberalisme dan neokolonialisme.
Gerakan mahasiswa harus segera menemukan roadmap atau peta jalan baru yang mampu membawa dirinya menjadi kekuatan penyeimbang atau bahkan penakluk dari kekuatan-kekuatan komprador-komprador neoliberalisme dan neokolonialisme yang akan membawa negri ini menjadi layamut walaa yahya (tidak hidup namun juga bukan mati).
hidup mahasiswa!!
hidup mahasiswa!!
READ MORE - Roadmap Gerakan Mahsiswa