Friday, September 19, 2008
LANGGAM SAJAK
Hai Ma
WS. Rendra
Maa
Bukan maut yang menggetarkan hatiku
Tetapi hidup yang tidak hidup karena kehilangan daya dan kehilangan fitrahnya
Ada malam-malam panjang aku menyusuri lorong panjang tanpa tujuan kemana-mana
Hawa dingin masuk ke badanku yang hampa padahal angin tidak ada
Bintang-bintang menjadi kunang-kunang yang lebih menekankan hadirnya kegelapan
Tidak ada pikiran tidaka ada perasaan tidak ada suatu apa
Hidup memang fana Ma
Tetapi keadaan takberdaya membuat diriku tidak ada
Kadang-kadang aku merasa terbang ke belantara dijauhi ayah bunda
Dan ditolak para tetangga atau aku terlantar di pasar aku berbicara tetapi orang-orang tidak mendengar
Mereka merobek-robek buku dan mentertawakan cita-cita
Aku marah aku takut aku gemetar namun gagal menyusun bahasa
Hidup memang fana Ma
Itu gampang aku terima tetaapi duduk menekuk lutut sendirian di sabana membuat hidupku tak ada harganya
Kadang-kadang aku merasa ditarik-tarik orang kesana kemari mulut berbusa sekedar karena tertawa hidup cemar karena basa-basi dan orang-orang mengisi waktu dengan pertengkaran edan yang tanpa persoalan atau percintaan tanpa asmara dan senggama yang tidak selesai
Hidup memang fana tentu saja Ma
Tetapi akrobat pemikiran dan kepalsuan yang dikelola mengacaukan isi perutku lalu mendorong aku menjerit-jerit sambil tertawa kenapa
Rasanya setelah mati berpulangkan takada lagi yang mengagetkan di dalan hidup ini
Tetapi Ma setiap kali menyadari adanya kamu di dalm hidupku ini aku merasa jalanya arus darah di sekujur tubuhku kelenjar-kelenjarku bekerja sukmaku menyanyi dunia hadir cicak di tembok berbunyi tukang kebun kedengaran berbicara kepada putranya hidup menjadi nyata fitrahku kembali
Mengingat kamu Ma adalah mengingat kuwajiban sehari-hari
keserhanaan bahasa prosa keindahan puisi-puisi
kita selalu asyik bertukar pikiran ya mak masing-masing pihak punya cita-cita masing-masing pihak punya kuwajiban yang nyata
Hai Ma apakah kamu ingat aku peluk kamu diatas prahu ketika kamu sakit dan aku tenangkan kamu dengan ciuman-ciuman di lehermu
Masya Allah aku selalu kesengsem pada bau kulitmu imgatkah waaktu itu aku berkata kiamat boleh tiba hidupku penuh makna haahaa
wah aku memang tidak rugi ketemu kamu di hidup ini dan apabila aku menulis sajak aku juga merasa bahwa kemarin dan esok adalah hari ini bencana dan keberuntumgan sama saja langit di luar langit di badan bersatu dalam jiwa sudah ya Ma.
Sebuah sajak yang sarat makna dari si burung merak
"Bukan maut yang menggetarkan hatiku
Tetapi hidup yang tidak hidup karena kehilangan daya dan kehilangan fitrahnya "
Karena maut dan kematian adalah keniscayaan dan tidak bisa ditawar, tidak ada alasan sebenarnya untuk takut dan tergetar hati kita oleh maut dan kematian itu sendiri, namun yang patut kita takuti adalah "hidup yang tidak hidup, karena kehilangan daya dan kehilangan fitrahnya". jika manusia hidup tanpa memiliki daya kekuatan dan kefitraan apakah masih bisa disebut hidup. sebagai mahluq sosial manusia dituntut untuk mampu saling bantu sesama manusia kemampuan untuk saling bantu inilah barangkali yang dimaksud oleh WS. Rendra dengan "daya" yang membuat hidup manusia punya makna.
Sejak dilahirkan di dunia manusia sesungguhnya dalam keadaan fitrah laksana kertas putih bersih tanpa noda namun dari upaya memenuhi kebutuhan hidupnya mulai dari kebutuhan terhadap makanan, minuman sampai kebutuhan terhadap hubungan lawan jenis dan kekuasaan seringkali kefitraan itu ternoda bahkan nyaris hilang oelh tindakan semacam pencurian, perzinahan, memfitnah bahkan korupsi uang negara. manusia yang telah kehilangan fitrahnya seperti ini apakah masih layak disebut hidup.
Dalam bulan Ramadan yang suci ini marilah kita bersama kembali kita raih kehidupan yang benar-benar hidup dengan mengembalikan kembali daya dan kefitraan kita melalui ibadah puasa dan peduli terhadap sesama dalam bentuk apapun yang tentunya dapat bermanfaat bagi orang lain.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment